
SAMIN-NEWS.com,PATI – Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya memberi penjelasan fenomena kemarau basah yang berlangsung saat ini di sejumlah wilayah, termasuk di Kabupaten Pati.
Kemarau basah adalah kondisi cuaca tidak biasa di mana hujan tetap terjadi dengan intensitas cukup tinggi meskipun berada dalam periode musim kemarau.
Budi menyebut BMKG telah memperkirakan bahwa fenomena ini akan membuat masyarakat tetap harus menghadapi hujan meskipun telah memasuki musim kemarau.
“Proyeksi dari BMKG, fenomena kemarau basah akan berlangsung hingga akhir musim kemarau pada Agustus 2025,” ujarnya, Selasa (27/5/2025).
Setelah itu, lanjutnya Indonesia akan memasuki masa pancaroba antara September hingga November 2025 sebelum memasuki musim hujan yang diperkirakan berlangsung dari Desember 2025 hingga Februari 2026.
Dari informasi BMKG, dikatakan fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer dan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca di Indonesia. Di antaranya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator.
Kondisi atmosfer tersebut menyebabkan terbentuknya awan-awan hujan meskipun Indonesia secara umum sedang berada dalam masa kemarau.
Fenomena kemarau basah tidak hanya merupakan kejadian cuaca sesaat, tetapi juga mencerminkan tren perubahan iklim global jangka panjang.
Fenomena kemarau basah di Indonesia terjadi akibat interaksi kompleks antara dinamika atmosfer musiman dan perubahan iklim jangka panjang. Secara musiman, kemarau basah dipicu oleh aktifnya gelombang atmosfer tropis seperti MJO, gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator.
Kondisi ini, tambahnya mengganggu pola cuaca normal, menyebabkan curah hujan meningkat secara signifikan walaupun musim kemarau sedang berlangsung.