Setelah Adipati Pati Tambranegara Penerus Kekuasaan Diberikan Kepada Adipati Tandonegoro

Satu dari deretan makam ini disebut-sebut sebagai Makam Adipati Pati Raden Tondonegoro, di Kelurahan Pati Wetan, Kecamatan Kota Pati. tepatnya di sisi kanan ujung pertigaan antara Jl Dr Wahidin dan Jl Tondonegoro.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM SEMAKIN merunut cerita Babad Pati tentang adanya wilayah kekuasaan yang berkembang di kawasan pantai utara sekitar Gunung Muria di akhir abad ke-XII, maka Tim Penyusun Sejarah Hari Jadi Kabupaten Pati memang semakin tidak bisa menemukan angka tahun. Karena itu rujukan yang harus dikedepankan, adalah catatan yang ada pada Prasasti Tuhanaru 13 Desember 1323.
Untuk proses penentuan hari jadi kemudian diseminarkan 23 September 1993 dengan menghadirkan pakar dan sejarawan Undip Semarang yang kala itu disodorkan pilihan antara tanggal 7 Agustus atau 14 Agustus, dan akhirnya disepakati bersama tanggal 7 Agustus. Sedangkan angka tahunnya dimulai Tahun 1323, atau sama dengan angka tahun dalam Prasasti Tuhanaru.
Tanggal 7 Agustus ditetapkan sebagai pemindahan pusat kekuasaan Kadipaten Pesantenan dari Kemiri ke Kaborongan, dan namanya berubah menjadi Kadipaten Pati. Tanggal itulah yang sejak 1995 diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Pati dengan momentum Surya Sengkala Kridaning Manembah Gebyaring Bumi yang diartikan dengan bekerja keras dan disertai doa kita gali bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan bathiniah.
Akan tetapi, untuk penerus kekuasaan Adipati Raden Tambranegara setelah sekitar tujuh tahun pusat pemerintahan dipindahkan dari Kemiri ke Kaborongan diserahkan kepada putranya, Raden Tondonegoro (1330). Sebab, dia satu-satunya pewaris tahta tersebut, hanya sayangnya setelah berakhirnya pemerintahan Raden Tondonegoro, ternyata tidak ada lagi catatan siapa penerus dan penguasa Kadipaten Pati.
Sedangkan yang mebjadi pertanyaan di sisi lain, apakah benar makam yang terdapat di ujung pertigaan antara Jl Dr Wahidin dan Jl Tondonegoro, atau di sebelah timur Kantor Bupati Pati itu makam siapa. Sebab, jika benar itu makam Adipati Tondonegoro juga tidak tertera nama pada batu nisannya.
Hal sama juga sama pada 8 makam lainnya, sehingga tidak berbeda jauh dengan yang disebut-sebut makam Adipati Tambranegara beserta 12 makam lainnya. Jika tim penyusun sejarah Hari Jadi Kabupaten Pati tidak ragu-ragu lagi, bahwa makam yang berlokasi berbeda tersebut adalah makam Adipati Tambranegara dan  putranya Raden Tondonegoro, seharusnya tidak ada lagi keraguan menuliskan nama masing-masing pada batu nisannya.
Untuk pertanyaan lain yang cukup menggelitik secara kesejarahan, makam dengan nisan dengan posisi membujur ke utara dan selatan itu, sudah barang tentu dimulai pada masa Islam. Padahal, pada abad tersebut Kadipaten Pati di bawah pemerintahan Adipati Tambranegara dan Tondonegoro disebutkan pada masa pemerinthan Kerajaan Majapahit.
Dengan demikian, pengaruh agama Hindu tentu masih sangat dominan kecuali setelah berdirinya Kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa, yaitu Demak Bintoro. Sehingga mungkinkan umur Raden Tombronegoro panjangnya memungkinkan sampai lebih dari satu abad, dan itu pun tidak ada catatan yang mengidentifikasikan hal itu.
Jika demikian, benarkah makam yang berlokasi di pinggir jalan raya dalam Kota Pati tersebut makam Adipati Tondonegoro. Jika tidak benar, lalu siapa jasad yang disemayamkan di tempat tersebut, sehingga catatan-catatan kecil yang terabaikan tentu memunculkan kegamangan tentang kebenaran penyusunan sejarah Hari Jadi Kadipaten Pati.(sn)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post Karena Berkebutuhan Khusus Harus Ada Perhatian Secara Khusus
Next post Stop Pelecehan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Social profiles