Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata

Ilustrasi Istimewa

SAMIN-NEWS.com, Masalah peduli lingkungan bukan hal yang baru, melainkan sama dengan usia bumi ini, yang menurut para ahli usianya sekitar lima miliyar tahun. Buktinya bermacam-macam jenis hewan dan tumbuhan sudah punah, kepunahan mereka tidak datang secara tiba-tiba tanpa adanya keterkaitan dengan ekosistem. Seorang pendidik dan para ahli ilmu kejiwaan berpendapat bahwa penyebab adanya kerusakan pada lingkungan disebabkan pendidikan Islam yang masih belum tertanam dengan baik. Sebagian para ahli berbeda pendapat tentang sebab terjadinya kerusakan lingkungan karena tidak tertanamnya karakter peduli dan berbudaya lingkungan sejak usia dini.

Kurangnya kesadaran dalam diri manusia terhadap melestariakan lingkungan akan menyebabkan problematika yang kurang baik terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan perbuatan manusia yang kurang bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan. Bagi masyarakat Indonesia membuang sampah sembarangan merupakan budaya yang dianggap sebagai perbuatan yang wajar, tanpa ada konsekuensi hukum bagi yang melanggarnya. Apabila dibiarkan begitu saja maka akan menyebabkan banjir, jika sampah dibuang di area jalan, kemudian hujan datang, maka sampah akan mengalir kepada saluran air dan menghambat terhadap aliran air sehingga menyebabkan pencemaran air dan lingkungan. Begitu pula sebaliknya, jika seluruh air hujan dialirkan melalui saluran air hujan tanpa ada sedikitpun bagian yang diresapkan ke dalam tanah, hal ini mengakibatkan sulitnya menyeimbangkan tata air dan hidro ekosistem di lingkungan atau kawasan permukiman tersebut.

Pada dasarnya proses pembentukan karakter dengan menjaga lingkungan terbentuk dalam waktu yang relatif lama. Seseorang akan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sebagai akibat dari rutinitas atau kegiatan yang berlangsung terus menerus. kebiasaan (habituations) yang berlangsung dan secara terus menerus akan tertanam dengan kuat di alam pikiran bawah sadar (subconsciousness), hingga nantinya akan diekspresikan tindakannya di dalam kehidupan sehari-harinya (habits) sebagai nilai karakter yang telah dimiliki.

Penanaman karakter pelestarian lingkungan pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengenalkan alam sekitar lingkungan dengan memberikan contoh langsung seperti memberi nama dan jenis tumbuhan, mengenalkan hewan dengan cara menyentuh dan menjaga kebersihannya, mengajak anak melihat awan dan sebagainya.

Penanaman sebuah nilai karakter dapat diberikan dengan proses pembiasaan, pengulangan dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Proses penanaman nilai-nilai karakter dapat menciptakan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman. “Penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini tidak hanya mengharapkan ketaatan, tetapi juga karena anak merasa bahwa nilai-nilai karakter tersebut benar dan bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Dengan cara ini, setiap individu selalu termotivasi untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut dari dalam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itulah, program adiwiyata merupakan tujuan dalam rangka menanamkan karakter peduli dan berbudaya lingkungan. Terdapat suatu kata asal dari kata Program Adiwiyata yaitu “ADI” dan “WIYATA”. Kata adi berarti besar, agung, baik, ideal dan sempurna. Kata wiyata mempunyai makna tempat dimana seorang mendapat ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam kehidupan sosial. Adiwiyata merupakan program Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang bertujuan mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga madrasah sehingga menjadi karakter peduli dan berbudaya lingkungan sebagai upaya pelestarian terhadap lingkungan hidup.

Program tersebut juga merupakan strategi pemberian pendidikan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud terciptanya sekolah atau lembaga pendidikan yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program adiwiyata telah menjadikan individu memiliki sikap peduli kepada lingkungan dengan cara membiasakan peduli terhadap lingkungan. Pembiasaan atas peduli dan berbudaya lingkungan bisa dimulai dari menciptakan sekolah ramah lingkungan, melalui konsep sekolah adiwiyata. Adapun peran terpenting untuk menciptakan rasa peduli kepada lingkungan ialah pendidikan di sekolah.

Terkait dengan masalah lingkungan yang semakin hari makin bertambah banyak dan beragam macam masalah, maka dianjurkan untuk sekolah menerapkan konsep atau pengelolaan sekolah berbasis adiwiyata. Pendidikan karakter peduli dan berbudaya lingkungan merupakan pendidikan untuk mengajari peserta didik supaya mempunyai pengertian kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam. Hal ini sangat jelas menjadikan sekolah yang melakukan pendidikan berkarakter peduli lingkungan dengan baik. Demikian dengan menyeimbangkan kelestarian lingkungan hidup alam tetap terpelihara, demi kesejahteraan hidup manusia khususnya makhluk-makhluk lainnya.

Dalam membiasakan peduli lingkungan dan berbudaya pada diri peserta didik dapat dibentuk melalui penguatan karakter yang melibatkan tripisat pendidikan yaitu berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Oleh sebab itu, membiasakan merupakan salah satu hal yang dapat ditempuh dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan berkarakter. Artinya ketika nilai-nilai karakter sangat diharapkan dapat terinternalisasi dengan baik, maka diperlukan pembiasaan secara konsisten dan continue dalam kesehariannya. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, akan tetapi menyentuh pada aspek internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Disusun Oleh

Ferani Mulianingsih, S.Pd., M.Pd.
Fitri Amalia Shintasiwi, M. A.

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Salah satu tempat wisata yang ada di Rahtawu dan masuk dalam kategori desa wisata Kabupaten Kudus Previous post 19 Desa di Kudus Kantongi SK Bupati Dapat Bankeu Rp 100 Juta
Next post Wisata Alam Kabupaten Semarang Sumber Belajar IPS
Social profiles