Harapkan Harga Jagung Saat Panen Tidak Merosot

SAMIN-NEWS.com, PATI  – Para petani di wilayah Pati selatan yang pada musim tanam (MT) ke III ini menanam palawija, khususnya jagung, dipastikan waktunya tidak bisa serentak. Sebab, saat ini sudah ada tanaman jagung yang berbunga dan memasuki masa pembuahan, tapi ada juga yang masih dalam persiapan pembungaan serta pertumbuhan.

Kendati demikian, saat panenan nanti harga penjualannya tudak merosot sehingga hasil tanam palawija ini bisa untuk persiapan memasuki musim tanam (MT) I, khususnya tanaman padi pada bulan Oktober (2020) – Maret 2021. Dengan kata lain, panen jagung dipastikan baru memasuki tahap akhir pada September mendatang.

Bagi para petani di jaringan irigasi Jratunseluna di Kecamatan Sukolilo, kata beberapa petani setempat, memang saat ini banyak juga tanaman jagung yang sudah berbunga karena mereka menanamnya sesudah musim panen padi MT II awal Juni lalu. ”Akan tetapi hal itu khusus dilakukan para petani yang mempunyai lahan sawah, dan sudah tidak ada sisa-sisa air yang membasahinya,”ujar salah seorang di antara mereka, Sujadi (62).

Panen jagung selesai kupas kulit dari batangnya sehingga sampai di rumah tinggal memipil dqan menjemurnya.

Dengan demikian, lanjut petani asal Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo ini, tanaman jagung yang diusahakan lebih awal kini sudah mulai berbunga, tapi di lahan painnya baru mengalami proses pertumbuhan. Karena itu, harapnnya saat panenan nanti harga jagung masih tetap seperti sekarang, yaitu per kilogram jagung pipil kering mencapai Rp 3.200.

Jika kondisi cuacanya seperti sekarang, maka biasanya akan terjadi puncak musim kemarau dimulai dari September hingga Oktober. Saat itulah para petani yang di luar jaringan irigasi Jratiunseluna akan bisa memanen tanaman jagung yang bisa membantu persiapan mereka menghadapi MT I untuk kembali menanam padi, apalagi jika hasil produksi tanaman jagung ini juga bisa maksimal, maka petani tidak perlu repot mencari modal untuk menghadapi MT I.

Paling tidak, untuk tanaman jagung satu kotak dengan hasil pipil kering bisa mencapai maksimal satu ton maka tinggal mengkalikan harga per kilogram Rp 3.200. ”Harga tersebut wajar, karena produsen pakan ternak khususnya unggas juga per sak isi 50 kilogram juga sudah mencapai Rp 300.000 lebih,”paparnya.

About Post Author

Alm. Alman Eko Darmo

Pemimpin Redaksi Samin News
Previous post KKN UNDIP Ubah Masalah Menjadi Peluang Melalui Bank Sampah
Next post Sempat Tutup, Layanan Kecamatan Jaken Dibuka Lagi
Social profiles