Kapolres Narasumber Pengenalan Budaya Akademik di STAIP

Kapolres Pati AKBP Uri Nartanti Istiwidayati saat tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kehamasiswaan.(Foto:SN/dok)


SAMIN-NEWS.COM  PATI-Mengangkat tema Ke-Indonesiaan maka runutannya tentu keberagaman, baik suku, agama, budaya, dan kemajemukan masyarakatnya. Hal tersebut sengaja dipilih Kapolres Pati, AKBP Uri Nartanti Istiwidayati yang tadi pagi tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan, di Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP).
Dalam kesempatan itu, Uri (demikian sapaan akrabnya sehari-hari) mengajak para mahasiswa memahami sejarah Indonesia, di mana pendiri bangsa ini menyadari bahwa Indonesia itu memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan. Keberagaman tersebut selama ini dikenal dengan sebutan SARA.

Karena itu, katanya, pada masa persiapan kemerdekaan dalam merumuskan ideologi bangsa, yaitu Pancasila, para pendiri bangsa ini memilih dan memutuskan idelogi tersebut harus mamayungi perbedaan yang sudah digariskan oleh-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa para pendiri republik ini sepakat meletakkan kepentingan pribadi dn kelompoknya demi kepentingan bangsa dan negara.
Belajar dari sikap kenegarawanan yang jelas dan tegas itu, pihaknya mengajak para mahasiswa menyadari sepenuhnya bahwa keunikan dan keistimewaan Indonesia itu terletak pada keberagaman tersebut. ”Jadi hal itu harus benar-benar dijawab dan dirawat dengan kesadaran serta tanggung jawab apa yang disebut toleransi,”ujarnya.
Akan tetapi, katanya lagi, kondisi saat ini justru berbalik karena ada pihak perorangan atau kelompok yang melihat perbedaan itu sebagai alat. Apalagi jika tidak alat untuk memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya, sehingga berpotensi mengikis dan melunturkan rasa persatuan dan kesatuan yang seharusnya benar-benar dijunjung tinggi sebagai konsekeunsinya.
Aplagi kondisi saat ini dengan berkembang pesatnya IT, sehingga hal itu memudahkan upaya-upaya memecah belah persatuan menjadi semakin lebih mudah. Di antarany adalah melalui ujaran kebencian dan berita-berita bohong yang memang disengaja, untuk mendiskriditkan dan membunuh karakter seseorang.
Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memiliki ilmu poengetahuan, tentu harus peka/kritis terhadap setiap fenomena yang ada di lingkungannya. Selain itu juga harus cerdas dalam menyikapi berita bohong dan ujaran kebencian itu, agar kepekaannya benar-benar bisa memprediksi dampak buruk apa jika hal itu terjadi.
Sebagai generasi muda para mahasiswa harus bisa menjadi agen keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). ”Dengan demikian, para mahasiswa tentu akan mampu pula mebjadi perekat persatuan dan kesatuan di lingkungan masing-masing,”tandas Uri Nartanti Istiwidayati.(sn)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post KOMPAK Gelar Aksi Tuntut Pemilu Damai
Next post Kiai Happy Irianto; Ajak Belajar Berdemokrasi Tanpa Mahar
Social profiles