Baksos Sembayang Arwah Bagi-bagi Beras

Beras  siap dibagikan kepada mereka yang membutuhkan dalam bakti sosial (Baksos) rangkaian ritual Sembayang Arwah di Kelenteng Hok Tik Bio Hari ini, dan aneka sandang serta pangan lainnya siap diperebutkan para pengunjung.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Dalam rangkaian ritual Sembayang Arwah atau Sembayang Rebutan, dan Ulambana untuk istilah lainnya di Kelenteng Hok Tik Bio hari ini, diikuti pula dengan bakti sosial (Baksos). Yakni, pembagian beras kepada mereka yang membutuhkan akan mengakhiri rangkaian ritual peninggalan leluhur etnis Tionghoa tersebut.
Diselenggarakannya ritual yang menjadi bagian dari budaya etnis tersebut, adalah bagian bentuk dari penghormatan terhadap leluhur siapa saja yang sudah meninggal, tanpa memandang dari etnis dan golongan apa. Akan tetapi hal itu sebuah ritual budaya, karena dalam kesempatan sama sekaligus disampaikan ungkapan syukur atas bumi yang selama ini telah memberikan kehidupan untuk umat manusia.
Dengan demikian, kata Ketua Umum Kelenteng se-Kabupaten Pati, Eddy Siswanto, ritual Sembayang Arwah ini juga sekaligus acara sedekah bumi oleh Kelenteng Hok Tik Bio. Karena itu, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya rangkaian bakti sosial (baksos) dengan membagikan beras kepada yang membutuhkan tak pernah ketinggalan.
Untuk kali ini beras yang harus dibagikan tidak kurang dari 8 ton yang sudah dikemas, masing-masing 5 kilogram kepada tiap penerima. ”Mengingat berapa pun yang dibagikan pasti selalu kurang, maka kami sengaja membagikan kupon kepada mereka yang benar-benar masih membutuhkan bahan bangan tersebut,”ujarnya.
Sedangkan kupon pengambilan beras yang akan dimulai pukul 14.00 atau seusai rangkaian ritual Sembayang Arwah, masih kata Eddy Siswanto, sudah dibagikan kepada 1.500 calon penerima. Dengan demikian, untuk lembar kupon sebanyak itu alokasi beras yang dibagikan sudah sebanyak 7,5 ton.
Sisa 0,5 ton sengaja dicadangkan bagi mereka yang datang tanpa membawa kupon dengan perkiraan jumlah mereka maksimal 100 orang, sehingga beras yang disediakan benar-benar mencukupi untuk mereka yang tak membawa kupon. Biasanya kelompok ini mengetahui karena berita dari mulut ke mulut, kendati demikian kedatangan mereka juga mendapat bagian.
Selain ritual pemanjatan doa untuk para arwah, rangkaian acara yang sutunggu pengunjung tentu berebut gunungan. Dari lima gunungan tersebut merupakan filosofi bahwa setiap manusia itu mempunyai sedulur papat lima pancer , yang masing-masing saling menjaganya maka bumi yang dipijak pun dilambangkan dalam bentuk gunungan.
Isi aneka ragam di dalamnya itulah kehidupan, tidak hanya manusia tapi juga flora dan fauna sehingga siapa pun berhak untuk mendapatkan bagian, meskipun digambarkan harus berebut. Akan tetapi hal yang tak bisa diabaikan dalam memetik hikma dari filosofi tersebut, yaitu kita harus sama-sama menjaga alam kehidupan ini, bukan justru merusaknya.
Sebab, alam beserta seluruh isinya termasuk kandungan air di dalamnya sudah memberi kehdupan kepada kita. ”Karena itu dalam menyikapi kondisi tersebut, air yang sudah memberikan kehidupan bagi manusia kami kemas dalam ritual ini ke dalam kendi yang jumlahnya puluhan,”katanya.(sn)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post Masyarakat Bantu Menyiapkan Kelengkapan Sembayang Rebutan di Klenteng Hok Tik Bio
Next post Setelah Bulog tak Lagi Menyalurkan Bansos Rastera (Sebuah Catatan)
Social profiles