
SAMIN-NEWS.com,PATI – Harga jagung di Kabupaten Pati mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Dari sebelumnya hanya Rp 4.600 per kilogram sebulan lalu, awal bulan ini harga jagung telah menembus angka Rp 5.800 per kilogram. Kenaikan harga ini disambut baik oleh petani, meskipun mereka berharap harga dapat bertahan stabil di kisaran Rp 5.000 ke atas.
Menurut Bambang Sutiknyo, petani jagung asal Desa Wukirsari, Kecamatan Tambakromo, lonjakan harga ini dipengaruhi oleh kualitas jagung yang lebih baik pasca panen. Jagung dipanen dalam kondisi kering, minim kadar air.
“Harga jagung sekarang Rp 5.800 per kilogram, kemarin sempat di Rp 5.000, dan sebulan lalu hanya Rp 4.600. Ini karena kadar airnya rendah, dan jagungnya bersih serta kering,” terangnya, belum lama ini.
Bambang mengatakan bahwa dengan harga tersebut, dirinya berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 21 juta dari hasil panen jagung musim ini. Ia menjual hasil panennya ke pengepul lokal di dekat rumahnya.
Meski secara pendapatan cukup menggembirakan, namun produksi jagung tahun ini ia mengaku mengalami penurunan. Dari lahan seluas 1,25 hektare, Bambang hanya mampu memanen sekitar 5 ton jagung. Padahal pada musim tanam tahun lalu, ia mampu menghasilkan 5,5 ton hanya dari 1 hektare lahan.
Menurutnya penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti serangan hama tikus dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Hujan yang turun sepekan sebelum masa panen menyebabkan sebagian jagung terserang jamur.
“Sebanyak 29 karung jagung rusak karena kehujanan. Kualitasnya turun karena lama dibiarkan di sawah dan akhirnya jamuran,” ungkap dia.
Kondisi lahan yang hanya mengandalkan tadah hujan juga menjadi tantangan tersendiri bagi Bambang. Meski demikian, ia mengaku masa tanam terakhir lebih baik karena curah hujan cukup membantu kondisi tanah tetap lembap.
Selain hujan, serangan tikus juga menjadi momok bagi para petani jagung. Hama tersebut merusak batang hingga bagian klobot jagung, mengakibatkan penurunan hasil panen.
“Tikus banyak sekali, batang jagung sampai klobotnya habis dimakan. Tapi ya, kalau jagung yang seperti itu, biasanya lebih manis dan enak dibuat bakwan,” canda Bambang.
Saat ini, Bambang dan petani lainnya tengah bersiap-siap untuk memasuki musim tanam jagung berikutnya. Mereka mulai membersihkan lahan dan berharap musim depan bisa memberikan hasil yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.