Sejarah Laweyan Sebagai Kampung Batik Tertua

Potret pembuatan batik di Kampung Batik Laweyan (sumber pinterest @Setapak Langkah)

SAMIN-NEWS.com, Salah satu hal unik tentang Kota Solo adalah keberadaan seni dan budayanya. Salah satu aspek menarik di Solo adalah sebuah Kampung yang bernama Kampung Batik Laweyan. Sebenarnya, Laweyan merupakan nama kecamatan yang terletak di Solo bagian barat. Kawasan ini dikenal sebagai “Kampung Batik” karena sebagian besar penduduknya berprofesi dalam kerajinan batik dan memiliki sejarah panjang dalam produksi batik di daerah ini.

Kampung Batik Laweyan terletak di Jalan Dr. Rajiman No.521, Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Laweyan merupakan salah satu pusat batik tertua dan terkenal di kota Solo, dengan sekitar 2500 penduduk yang sebagian besar dari mereka bekerja sebagai penjual atau pembuat batik sebagai salah satu pilar ekonomi utama di Laweyan.

Hingga saat ini, ada sekitar 250 motif batik khas Laweyan yang telah dipatenkan. Motif batik Laweyan ini ditandai dengan warna yang lebih terang dan tidak terikat kuat dengan motif batik lainnya yang cenderung memiliki warna gelap dan motif klasik.

Keunikan dari Kampung Batik Laweyan tidak hanya terletak pada sejarahnya, tetapi juga pada arsitekturnya yang menarik. Gaya arsitektur bangunan di kampung ini mencampurkan pengaruh Jawa, Eropa, Cina, dan Islam, sehingga wisatawan dapat menikmati pengalaman yang berbeda dengan berjalan-jalan di gang-gang sempit dengan bangunan yang menjulang tinggi.

Selain membeli batik, di sini juga tersedia paket wisata workshop pembuatan batik. Ini adalah pilihan yang ideal bagi mereka yang ingin mempelajari seni membatik langsung dari para ahli, yang jauh lebih efektif daripada belajar melalui tutorial video di youtube. Terdapat dua jenis pelatihan yang dapat dipilih, yaitu pelatihan singkat dan pelatihan intensif.

Seorang pengunjung Kampung Batik Laweyan, Ema, mengungkapkan jika tempat ini menawarkan hal yang berbeda. Dirinya mengaku bisa belajar banyak tentang batik hingga praktek membuat batik secara langsung.

“Bagi saya kampung batik ini menjadi sebuah pengalaman baru, saya tadi melihat orang membatik dengan diceritakan makna dari motifnya, baru kali ini juga saya diajarkan untuk membuat batik sendiri,” pungkasnya.

Kini, Kampung Batik Laweyan juga telah menerapkan konsep peduli lingkungan dengan nama Eco Culture Creative Batik. Prinsip ini sangat krusial, terutama ketika berbicara tentang kampung batik. Kebanyakan pabrik batik cenderung menciptakan limbah air sungai sehingga penanganan limbah menjadi prioritas utama bagi para pelaku industri batik.

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post Petani Menjerit, Harga Bawang Merah Terjun Bebas
Suasana Toko Serabi Notosuman Ny Lidia yang ramai dikunjungi pelanggan (sumber akun instagram @kawanpelesiran) Next post Serabi Notosuman, Jajanan Legendaris Kota Bengawan
Social profiles