Jika PAN Memang Partai Allah, Lantas Kenapa Amien Tidak Betah?

HINGGA detik ini, saya masih meyakini bahwa Tuhan memang tidak bisa disebut sembarangan. Meskipun peran Tuhan memang paling utama di alam semesta, akan tetapi bukan berarti Tuhan bisa kita bawa sembarangan di berbagai level pemikiran.

Jika batas-batas wajar semacam ini kita terobos begitu saja tentu akan runyam nantinya. Hal tersebut setidaknya terefleksi pada apa yang pernah dilakukan oleh  Amien Rais, tokoh politik “didikan” Amerika Serikat (University of Chicago), pendiri Partai Amanat Nasional (PAN).

Pada suatu kesempatan, Amien Rais pernah membuat dikotomi partai politik untuk kepentingan kelompoknya. Kala itu ia membagi kategori partai menjadi partai Allah dan partai setan.

Dalam hal ini, yang ia sebut sebagai partai Allah tentu partainya sendiri (saat itu Partai PAN) dan para sekutu-sekutunya. Nah sementara yang ia klasifikasikan sebagai partai setan tentu saja partai yang bersebarangan dengan kepentingannya.

Mari kita cetak tebal terlebih dahulu, menurut Amien Partai PAN adalah partai Allah.

Sederhananya, dalam bahasan religious (non-politik), dikotomi kubu Tuhan dan setan tentu masih terasa cukup logis. Sebab kubu memang tidak melambangkan kelengkapan administratif apapun, namun kemudian jika hal ini diterjemahkan secara serampangan dalam konteks partai politik, hal ini tentu melanggar disiplin logika dan akal sehat.

Pertanyaannya, kalau ada partai Allah, lantas kedudukan Allah secara administratif dalam partai tersebut sebagai apa? Ketua majelis tinggi partai? Jelas tidak masuk akal sehat kan? Jangankan masuk nalar manusia, nalar ayam pun pasti tidak akan sampai berpikir demikian.

Belum lagi jika kita tarik pada perspektif kesembronoan menaikkan derajat setan setinggi-tingginya hingga selevel dengan Tuhan. Atau sebaliknya, menurunkan martabat Tuhan serendah-rendahnya ke level yang sama dengan setan.

Karena kalau sama-sama partai politik, hak dan kedudukannya juga mestinya dianggap sama. Dari sudut pandang lain, menyejajarkan Sang Pencipta dengan makhluk merupakan perbuatan syirik.

Pada titik nalar sehat manusia, dikotomi angel versus demon tentu lebih cocok jika kita tarik dari pada menggunakan God versus demon. Kecuali setan dianggap sebagai “Tuhan jahat” seperti dalam ajaran Zarathustra (Zoroaster, bukan ajaran Islam).

Lantas kita lihat saja sekarang, bahwa membawa-bawa nama Tuhan secara serampangan tentu akan menimbulkan kesesatan berpikir yang sangat luar biasa.

Saat masih di PAN, Amien menganggap partainya adalah partai Allah, sementara partai yang lain ia sebutkan sebagai partai setan. Namun mengapa ia sekarang justru keluar dari PAN dan membuat partai baru?  Jadi jika pada akhirnya kita bertanya “Kalau PAN memang partai Allah, kenapa Amien tidak betah?”

Jika memang apa yang ia sampaikan saat itu benar, tentu wajar jika kita bertanya makhluk apakah ia kok bisa-bisanya tidak betah berada pada partai yang dihuni Allah? Lucifer? Atau mungkin sundel bolong? Ahhh sudahlah !

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post PSDA Seluna Tingkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi
Next post E-Koran Samin News Edisi 17 Maret 2021
Social profiles