Larungan Syawalan Tetap Ada Tapi Standar Covid-19

Beberapa foto suasana Pekan Syawalan di Jepara Pada Lebaran Tahun 2019 lalu.(Foto:SN/had)

SAMIN-NEWS.com  JEPARA (SN) –  Salah satu kalender wisata budaya di Jepara adalah Pekan Syawalan, tapi tahun ini ditiadakan karena merebaknya penyebaran virus Corona (Covid-19). Kendati demikian, larungan sesaji berupa kepala kerbau tetap diadakan dengan jumlah peserta dibatasi,

Padahal setiap tahunnya, even budaya ini paling ditunggu oleh masyarakat karena mampu menarik ratusan ribu pengunjung. Mereka bukan hanya warga Jepara, tapi juga para pengunjung dari daerah/kota lain, sehingga Pekan Syawalan ini biasanya berlangsung 6 hari sesudah Hari Raya Idul Fitri, dan puncaknya tanggal 8 Syawal dilakukan pelarungan kepala kerbau.

Ritual budaya yang kemudian dikenal dengan Lomban tersebut telah berlangsung lebih dari satu setengah abad. Hal itu diawali dengan proses pelarungan kepala kerbau beserta sesaji yang melengkapinya setelah sebelumnya ada doa ucapan syukur di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Ujungbatu.

Dengan demikian, ritual tersebut sebagai ungkapan rasa syukur  para nelayan Jepara kepada Sang Pencipta atas Rejeki dan keselamatan yang diberikan selama satu tahun melaut kepada mereka. Selain itu juga hasil tangkapan ikan pun melimpah, sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Sebelum prosesi pelarungan biasanya  ada ziarah ke makam Mbah Ronggo disertai pertunjukan wayang kulit  di TPI Ujungbatu. Sedangkan zuarah sendiri juga bagian budaya masyarakat untuk menghormati para leluhur, atau paling tidak upaya itu sebagai bentuk penghargaan untuk mengenang jasa-jasanya, sehingga para generasi sekarang harus menghargainya dengan ”mikul dhuwur mendhem jero.”

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Zamroni Lestiaza, ketika ditanya berkait hal itu mengatakan, bahwa pekan syawalan tahun ini ditiadakan. Sebab, untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona (Covid-19), memang ada larangan untuk menyelenggarakan even yang bisa menimbulkan kerumunan banyak orang. ”Ini semua dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Jepara,”ujar Zamroni Lestiaza.

Sampai saat ini, katanya lagi, tempat wisata di Jepara masih ditutup, dan untuk ritual pelarungan kepala kerbau sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintahan Kelurahan Ujungbatu serta Himpunan Seluruh Nelayan Indonesia (HSNI) Jepara. Hal itu juga dibenarkan Camat Jepara, Sefei, ”Prosesi Larungan diserahkan sepenuhnya kepada kelurahan setempat,”jelasnya.

Terpisah Kepala HSNI Jepara, Suyatno membenarkan bahwa pihaknya sudah diberi tahu oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terkait hal tersebut. Yang bersangkutan juga sudah membicarakan dengan Lurah Ujungbatu, tokoh agama juga tokoh masyarakat setempat, karena larungan kepala kerbau ini merupakan ritual budaya yang menyangkut keyakinan para nelayan dan warga, maka tetap diadakan.

”Hanya bentuknya sangat sederhana dan terbatas,”imbuh Suyatno.

Sementara itu Lurah Ujungbatu, Anjar Jambore Widodo menjelaskan, Selasa (26/6) besok akan akan diadakan pertemuan kembali berkait dengan usulan warga dan nelayan tentang pelarungan  kepala kerbau dan doa setelah diadakan walaupun jumlahnya sangat dibatasi. Bahkan untuk ziarah kd makam Mbah Ronggo, maksimal hanya boleh diikuti 7 orang.

”Demikian pula dengan pelarungan kepala kerbau, dan daging kerbau akan dibagi sercara merata di 16 RT,”tambahnya.(had)

About Post Author

Alm. Alman Eko Darmo

Pemimpin Redaksi Samin News
Previous post Bajomulyo akan Menyelenggarakan Sedekah Laut, Sabtu 30 Mei 2020
Next post Satu Bayi PDP di Jepara Meninggal
Social profiles