Membumikan Peringatan Hari Jadi Pati; Sebuah Catatan dari Beberapa Tulisan (23)

Suasana lingkungan Situs Kemiri di malam hari (Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM KERJA tak mengenal lelah berbulan-bulan, akhirnya jarih payah Kembang Joyo dan Dalang Soponyono bersama para pengikutnya berhasil membuka wilayah baru yang tetap terintegrasi dengan Kadipaten Carangsoko, kadipaten taklukan Paranggaruda dan Kawedan Kemaguan. Tak kalah penting adalah peran Sang Penewu Majasemi, Sukmoyoso sehingga Adpati Carangsoko, Puspohandumjoyo mengeluarkan ”surat kekancingan” untuk memfusikan diri dengan kadipaten baru.
Nama kadipaten tersebut pada awalnya cukup dengan sebutan ”Kemiri”, karena wilayah baru yang dibuka memang terdapat pohon kemiri. Akan tetapi konon menurut cerita utur nama Kemiri pun diubah menjadi Kadipaten Pati Pesantenan atas dasar fakta pendukung yang dianggap cukup relevan, serta tidak asal abal-abal atau ”thuk oyo”, atau asal gathuk ya ayo.
Dituturkan, saat berlangsung proses pembukaan wilayah baru, hampir tiap hari ada seorang kakek selalu ”menderes” pohon aren yang masih belum dibabat untuk diambil niranya. Dari nira pohon tersebut pun diproses menjadi gula merah, dan untuk pohon arean (enau) yang sudah dirobohkan, oleh kakek itu dengan tekun diambil bagian dalam batangnya,  untuk diproses menjadi saripati yang sampai saat ini produk dari pohon itu selain dari gula aren juga pati aren.
Masih oleh kakek yang bersangkutan, dan disebut-sebut namanya sebagai Ki Cekong, karena pekerjaannya sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melubangi batang pohon aren diambil bagian dalamnya, maka di lingkungan wilayah baru itu diberikan nama pangilan ”Cekong” (berlubang).
Dari hasil jerih payahnya itu, ternyata kakek itu masih mengolahnya menjadki sebuah minuman yang kala itu disebut cendol atau juga dengan sebutan lain dawet. Minuman inilah yang tiap hari diantar ke lokasi pembukaan alas Kemisi, sehingga mereka yang tengah bekerja keras tidak sampai kehausan, dan oleh kakek itu semua dilakukan dengan sukarela, tanpa pamrih atau imbalan apa pun.
Atas jasa Ki Cekong, maka antara Kembang Joyo dan Dalang Soponyono nama-nama bahan untuk membuat minuman cendol pun diabadikan menjadi nama Pati Pesantenan, karena terbuat dari saripati pohon aren dengan santan kelapa. Sedangkan pemanisnya pun terbuat dari proses nira pohon yang sama, maka nama Pati Pesantenan menjadi nama kadipaten baru.
Berdasarkan ”purbawasesa” Adipati Carangsoko dan Penewu Majasemi yang dengan sadar harus melebur menjadi satu dalam kekuasaan kadipaten tersebut, maka yang ditetapkan sebagai Adipati adalah Kembangjoyo. Sedangkan Dalang Soponyono duangkat sebagai Patih bergelar Haryo Kencono, sehingga wilayah sekitar pun mengakui kedaulatan kadipaten baru itu.
Berkembang pesatnya pusat pemerintahan baru, maka para kawula pun membuka wilayah desa  baru pula di sekitar pusat pemerintahan Kadipaten Pati Pesantenan dengan membuka lahan dan mengolahnya untuk bercocok tanam. Sehingga kehidupan para kawula pun disebutkan makmur, karena ”tukul tansarwa tinandur,” tapi tiba-tiba muncul peristiwa yang nyaris saja menghancurkan Kadipaten Pati Pesantenan (bersambung)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post Desa Harus Punya Peran Untuk Pengembangan Wisata
Next post Kapolres Pati; Belum Temukan Seorang Kasat Binmas Seperti di Dompu
Social profiles