Ratna ”Bathok” Siap Garap Kampus Kehidupan Berbasis Lingkungan

Ratna ”Bathok” (hitam) tengah memotivasi Pramuka Penegak Anggota Satuan Komunitas (Sako) Forum Wartawan Pati (FWP) di Kampus Kehidupan kawasan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, Minggu (24/2) hari ini.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Kesamaan gagasan bersama Forum Wartawan Pati (FWP) dengan ”Kampus Kehidupan” di kawasan lingkungan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati sebagai Tempat Wisata Edukasi (TWE) bagi anak-anak dan remaja, maka Ratna ”Bathok” menyiapkan diri untuk melakukan penataan kawasan tersebut dengan berbasis lingkungan. Sebagai patner untuk melakukan hal itu, digandenglah Pramuka Penegak Anggota Sako FWP.
Pertimbangannya, karena Pramuka anggota Sako adalah para remaja yang tengah berproses dalam mencari identitas diri, sehingga dengan pembekalan untuk melaksanakan kegiatan yang berbasis lingkungan, adalah pilihan paling tepat. Apalagi, mereka sengaja diulibatkan secara langsung mulai proses awal hingga tercapainya target sasaran.
Sebab, katanya, konsep menata Kampus Kehidupan adalah ”Kembali ke Alam” sehingga upaya meminimalisir semua unsur yang cenderung merusak alam dan lingkungan harus distop. Semisal, meningkatkan produksi tanaman memacunya dengan pestisida, hal itu haris dijauhkan dari kawasan kampus ini.
Di sisi lain, upaya memanfaatkan limbah yang hanya terbuang percuma sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis harus ditanamkan kepada kalangan remaja ini.”Itulah salah satu materi yang harus diajarkan kepada mereka, sehingga nanti merekqa yang akan menjadi pemandu wisata edukasi di Kampus Kehidupan ini,”ujarnya.
Inilah limbah dari potongan kayu, bambu maupun tempurung kelapa (bathok) yang bagi orang lain tidak terpakai, tapi di tangan ahlinya bisa disulap menjadi barang berharga.(Foto:SN/aed)

Apakagi, masih kata dia, di kawasan Kampus Kehidupan ini sudah banyak hal yang dilakukan oleh FWP bersama Pramuka Penegak anggota Sako, seperti menanam berbagai jenis tanaman, baik melalui program Gerakan Orang Tua Asuh Pohon (GOTAP) maupun penanaman pola biasa. Selain itu juga ada kegiatan budidaya perikanan, dan peternakan. Karena itu, upaya penataan ruang secara signifikan harus dilakukan.
Dengan demikian, jika ke depan kawasan Kampus Kehidupan ini sebaga TWE maka hal utama yang harus dilakukan adalah membenahi lingkungannya secara maksimal. Hal tersebut meliputi penataan gerbang kampus, dan identitas yang bisa memberikan daya tarik pengunjung untuk belajar hal tentang lingkungan.
Hal tersebut akan lebih cocok jika yang nanti berminat belajar di sini adalah anak-anak mulai dari tingkat TK, SD, SMP maupun SMA dan SMK. Bahan ajarnya sudah barang tentu bagaimana mengolah limbah padat yang hanya dibuang percuma, tapi jika sesuai keahlian mereka justru bisa berubah menjadi barang berharga.
Untuk keperluan tersebut, maka para pemandunya adalah Pramuka Penegak anggota Sako FWP yang terlebih dahulu harus digarap. ”Di sisi lain, mereka juga kami ajak untuk menata lingkungan Kampus Kehidupan secara maksimal, seperti menanam pagar batas dengan tanaman jenis pohon kelor, bambu hias, dan mereka juga akan kami ajak membuat rumah pohon, taman, dan bila perlu juga mengolah makanan dengan ikon ala kampus ini,”imbuh Ratna.(sn)   

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post NOTARIS MERUPAKAN PEJABAT UMUM MENURUT PASAL 1 UU NO.2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UU NO.30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS,PENGGELAPAN JABATAN
Next post MEMAHAMI PERBUATAN KARENA JABATAN ,AGAR LUPUT DARI TINDAK PIDANA TURUT SERTA
Social profiles