Wayang Santri Mulai Muncul di Jepara

Poster berlangsungnya pergelaran Wayang Santri pada perayaan Milad Ke-106 Muhammadiyah Jepara oleh Dalang Ki H Achmadi.(Foto:SN/dok-milad-aed)


SAMIN-NEWS.COM JEPARA-Menggunakan ediom wayang, ternyata penyampaian ajakan untuk berbuat kebaikan, dan menjauhi semua larangan-Nya, ternyata mempunyai daya tarik tersendiri. Hal itu sudah dicoba oleh penggagas dan pencetusnya, H Achmadi pada peringatan Milad Ke-106 Muhammadiyah Jepara, beberapa waktu lalu.
Sedangkan sebutan wayang yang para tokohnya diubah dimensinya yang cenderung sebagai sosok manusia, adalah Wayang Santri. Sebuah kreativutas yang bersangkutan, dan ternyata juga seorang dalang, sehingga sangat cocok dengan tugas-tugasnya di lembaga tersebut.
Menurut mantan Kabag Humas Setda Jepara, Hadi Priyanto yang penulis buku, dan aktuf dalam Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) setempat, pihaknya sangat responship terhadap upaya dan kreatvitas seniman di daerahnya. Melalui media pertunjukan wayang yang selama ini didominasi oleh wayang kulit, maka apa yang ingin dicapai oleh seniman yang bersangkutan benar-benar maksimal.
Sesuai dengan nama yang dipilih, yaitu Wayang Santri, sudah barang tentu setiap pertunjukan yang digelar adalah mengutamakan misi dakwah. ”Hal itu membuktikan, bahwa media kesenian maupun tontonan tetap bisa menjadi tuntunan, karena contoh untuk itu sudah ada sejak berabad-abad lalu,”ujarnya.
Siapa lagi, masih kata dia, jika tidak salah satu dari 9 wali di tanah Jawa,m yaitu Kanjeng Sunan Kalijaga. Sebab, penyampaian dakwah dengan media kesenian tradisional, selain memberikan porsi hiburan juga lebih mudah dipahami tentang misi dakwah yang disampaikan, sehingga jika dikembangkan lagi di era sekarang tetap banyak warga yang juga cukup responsip.
Apalagi, jika cerita yang disampaikan juga berkait dengan latar belakang tokoh yang cukup melegenda, siapa lagi kalau bukan Raden Mahmud Said, putra Adipati Tuban. Cerita yang dibesud judulnya dalam Berandal Lokajaya itu juga tidak asing lagi di telinga masyarakat, dan bahkan juga sering ditonton melaluji pertunjukan kesenian tradisional lainya, ketoprak.
Cerita itu sendiri membesut gambaran, bagaimana proses Raden Mahmud Said sampai akhirnya ditasbihkan sebagai salah satu wali di tanah Jawa. Hal tersebut tdak terlalu sulit jika masyarakat mensarikannya pada cerita suka duka, dan tantangan dalam menjalani proses dalam kehidupan Kanjeng Sunan Kalijaga, semuanya lengkap.
Karena itu, upaya yang dilakukan Ki H Acmadi yang juga pengurus Cabang Muhammadiyah Kecamatan Kembang Jepara ini, adalah sebuah tuntunan yang tetap relevan untuk menjadi acuan, meskipun era sekarang sudah banyak berubah. ”Akan tetapi, seuatu upaya ajakan agar setiap orang itu saling berpesan dan berbuat kebaikan tetap menjadi tuntutan,”tandasnya.(sn)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post Jembatan Kali Simo Harus Distandarkan
Next post Anggota Fraksi di DPRD Pati Ikuti Workshop di Jakarta dan Solo
Social profiles