Membumikan Peringatan Hari Jadi Pati;Sebuah Catatan dari Beberapa Tulisan (13)

Ada empat kereta jika nanti dimanfaatkan untuk Kirab Prosesei Hari Jadi Pati yang perlu dicermati kondisinya mulai sekarang, yaitu bagian roda, karena bulatan kayu untuk menempatkan as yang membuat roda bisa berputar, ternyata sudah ada yang keropos.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  JIKA namanya persiapan untuk sebuah perhelatan besar seperti Kirab Prosesi Hari Jadi Pati, seharusnya dilakukan secara maksimal. Lebih-lebih untuk ”titihan” kereta berkuda yang akan ditumpangi para ”priyagung” Kabupaten Pati, mulai dati Bupati, Wakil Bupati, Sekda, Ketua DPRD, dan Wakil Ketua DPRD.
Selebihnya ada pula jajaran unsur Forkopimda lainnya, seperti Dandim, Kapolres, Kepala Kejaksaan Negeri, dan Ketua Pengadilan Negeri (PN), semuanya tentu sarimbit. Dengan kata lain, dalam satu kereta berkuda tersebut ditumpangi dua orang , masing-masing pasangan suami-istri para ”priyagung” di Pati, atau bahkan para jajaran pimpinan OPD serta camat barang kali semuanya naik kereta berkuda.
Sebenarnya penulis tidak perlu menulskan catatannya tentang penggunaan kereta berkuda untuk prosesi kirap ”boyongan” dari Kemiri ke Kaborongan, karena perhelatan tersebut semuanya sudah menjadi tanggung jawab rekanan pemenang tender. Sehingga keperluan pengadaan fasilitas kereta berkuda itu, sepenuhnya menjadi tanggung jawab rekanan yang bersangkutan.
Akan tetapi, ada satu hal yang barang kali tidak bisa dihindari karena pemerintah kabupaten (pemkab) setempat sejak lima tahun lalu juga mempunyai empat unit fasilitas tersebut yang pernah digunakan kepentingan sama. Jika fasilitas kereta itu nantinya ternyata digunakan, maka penulis memandang untuk membuat catatan demi kebaikan bersama.
Per salah satu kereta atas yang mengalami pembenahan, agar tampak baru sengaja dibrom warna perak (atas). Untuk jok sandaran warna coklat masih terpasang, tapi jok untuk duduk penumpangnya sudah tidak ada (bawah), dan fasilitas tersebut sudah beberapa bulan terakhir di tempatkan di lingkungan pendapa Kemiri.(Foto:SN/aed)

Pasalnya, usai digunakan kirab lima tahun lalu (2014) kereta yang waktu itu menjadi tanggung jawab Bidang Kebudayaan, tapi masih bernaung di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pati, jelas tanpa pernah ada pemeliharaan. Bahkan penempatan/penyimpanannya yang  sebelumnya ada di salah satu ruangan tanpa dinding penuh, akhirnya dipindah di tempat terbuka ,di bawah pohon  di halaman kantor dinas itu.
Perbaikan pun akhirnya dilakukan setelah Bidang Kebudayaan masuk ke jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, dan juga disedikan tempat kkhusus untuk penyimpananya, di lingkungan pendapa Kemiri. Sehingga jika ada bagian komponen kereta yang sudah keropos maupun bagian lainnya, terutama as roda yang kering dan berkarat adalah sudah semestinya, karena tak pernah diberikan pelumas.
Karena itu, bagian yang utama untuk bisa beregerak/berputarnya empat roda kereta setelah ditarik dengan kuda, maka secepatya perlu dilakuan penggantian. Utamanya, yaitu laker gandul pada semua as roda, dan itu tidak perlu membeli baru karena di penjual barang-barang loak, di deoan Terminal Sleko cukup banyak.
Harganya paling mahal tak lebih dari Rp 10.000/buah sehingga jika satu roda membutuhkan maksimal dua laker, maka untuk satu kereta dengan empat roda membutuhkan delapan laker. Setelah laker gandul selesai dipasang dan as roda pun diberi pelumas, maka putaran  roda kereta akan normal, sesuai berputarnya kecepatan kekuatan tenaga kuda, dan tak perlu khawatir as roda akan ambrol atau patah..(bersambung)

About Post Author

Redaksi Samin News

Seputar Informasi Masyarakat Independen
Previous post CTB Juga Menjadi Bagian Dari Konstruksi JLS Pati
Next post Yang Model Seperti Ini Sudah Tak Layak Sebagai Fasilitas Umum
Social profiles